SORONG – Dewan Adat Wilayah III Domberai, Provinsi Papua Barat Daya menyesalkan penganiayaan terhadap tiga pemuda di Sorong Selatan.
Penganiayaan itu diduga dilakukan sejumlah polisi berlokasi di sekitar Pasar Radiasi Sorong Selatan, Jumat (9/5/20/2025).
Ketua Dewan Adat Domberai, George Ronal Konjol mengatakan, tindakan yang diduga dilakukan sejumlah polisi itu, tidak dapat dibenarkan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami mempertanyakan insiden pengeroyokan yang dilakukan oleh beberapa anggota kepolisian yang datang dengan dua mobil.”
“Apakah tugas dan wewenang polisi itu langsung ditujukan kepada anak-anak muda Papua ini yang sedang jaga parkir di Indomaret?” kata Konjol, Jumat (9/5/2025).
Menurutnya, pemuda di sana menjadi juru parkir, karena sulitnya lapangan pekerjaan di wilayah itu.
“Kami juga pernah parkir di situ. Kami juga memberikan [uang] parkir kepada adik-adik yang menjaga parkiran.”
Baca Juga:
6 Tips Memilih Hotel di Surabaya untuk Pengalaman Menginap yang Sempurna
7 Tips Memaksimalkan Penggunaan PayChat App untuk Transaksi Digital yang Cepat dan Aman
Proyek Rp30 Miliar KPP Pratama Sorong Terhenti, Nasibnya Belum Jelas
“Karena dengan minimnya lapangan pekerjaan di Sorong Selatan, anak-anak yang ada di situ memanfaatkan lokasi itu untuk cari uang,” ujarnya.
Katanya, apabila kehadiran juru parkir di kawasan itu dianggap mengganggu, pemerintah daerah mestinya bertindak bijaksana.
“Pemerintah harus hadir menciptakan lapangan pekerjaan untuk anak-anak Papua dari Sorong Selatan, supaya kejadian seperti ini tidak terulang,” ucapnya.
“Kami minta Kapolres Sorong Selatan menasihati anggotanya. Polisi bukan alat represi. Mereka ditugaskan untuk melindungi, bukan menyakiti.”
Baca Juga:
Komunikasi Visual Perusahaan Bertransformasi Lewat Galeri Foto Pers
Pemuda Papua Barat Daya Tegaskan Dukungan Visi Misi Kepala Daerah
Pengukuhan Paskibraka Sorong 2025: 30 Pelajar Siap Kibarkan Semangat Nasionalisme
“Kami tidak akan diam jika kekerasan terhadap anak muda Papua terus terjadi,” kata Ronal Kanjol.
Salah satu tokoh pemuda setempat, Onay Kondororik menceritakan awal kejadian peristiwa tersebut hingga terjadinya penganiayaan.***